Sabtu, 05 Oktober 2019

Bab.II. 4 Kuantar sampai ke liang lahat,

4.##,  Ku antar Kau ke  pintu sorga


Kisah cinta yang direnggut oleh takdir


Subuh ini ketika bangun untuk berwudhu, aku terperangah. Di grup what app kami, ada berita bahwa Dia telah meninggal dunia, tadi subuh jam dua. Dada ku terasa sesak membaca nya. Untuk konfirmasi, ku telfon sahabat ku yang kemaren ikut bersama membezuk nya. 

Dia menjawab, :" Ya,!' tadi jam dua subuh," kata nya. 

Aku duduk di pinggir sofa seperti orang kebingungan.  Hatiku seperti kosong melompong. jantungku seperti terasa tidak berada di tempat nya. Hilang semua. Rasa kehilangan yang begitu besar, membuat aku hampir lupa belum sholat subuh, tadi sehabis wudhu. 



ilustrasi lolong pilu Camellia 4 - Ebiet G Ade

Kubentangkan sajadah, setelah sholat subuh dan  berdoa untuk nya, :

"Ya Allah, Tuhan Ku, apapun kehendak Mu, itulah yang terbaik bagi Nya. Kami hanya lah mahluk Mu yang lemah, tiada daya dan kekuatan, kecuali dari Mu. 

Innalillah wa ina ilaihi rajiun, dari Mu Dia datang, dan kepada Mu Dia kembali. Terimalah segala amal dan ibadah nya selama hidup, sepanjang hayat. Maafkan dan ampuni dosa dan kesalahan nya. 

Terimalah Dia kembali kepangkuan Mu, dan tempatkanlah Dia di tempat yang terbaik disisi Mu, " Amiin Ya Rabbal Alamiin.   Kutup doa ku dengan telapak  tangan mengusap muka, yang penuh dengan cucuran air mata.



Gambar ilustrasi - sholat Jenazah

  Tadi jam sembilan pagi, jenazah nya telah selesai di sholatkan. Aku tak berani mendekat untuk ikut sholat. Karena disitu keluarga nya berkumpul semua. Apa jadi nya jika aku sholat jenazah dengan berurai air mata, atau pingsan di dekat keranda nya?



Mengantar Jenazah - Gambar ilustrasi

Jam sepuluh pagi jenazah nya di antarkan ke pemakaman. Aku sengaja lebih  dulu dan menunggu di dekat tempat Dia akan di makam kan hari itu.  

Kulihat liang lahat nya sudah disiapkan. Kondisi nya kering dan tak kelihatan air menggenang.  Ketika peti jenazah nya akan diturunkan, aku mengambil posisi memegang tali yang akan menurunkan peti.



Liang lahat - Gambar ilustrasi

Perlahan peti nya diturunkan ke liang lahat, aku ikut memberi aba - aba agar  seimbang turun nya, dan tidak miring.  

Sesaat setelah peti kayu itu menyentuh tanah, tali ditarik,  dan liang  lahat mulai di timbuni, mendadak pandangan ku terasa kabur.  Tubuh ku terasa seperti melayang. Dada ku terasa kosong. 

Jantung ku seperti berhenti berdetak. Mata ku nanar dan nafas ku serasa tercekat di kerongkongan. Aku segera berjongkok dan memejamkan mata, agar tidak pingsan dan kehilangan kesadaran. 

Begitu pekat duka hati  yang aku rasakan. Rasa nya separoh hati ku ikut terkubur bersama jasad nya. Separoh jiwa ku ikut bersama kepergian nya. 




Ilustrasi sedih

Oooh Tuhan Kami, jika dulu  aku tahu bahwa Kau  ciptakan Dia untuk ku, Jika dulu aku tahu, Kau hadir kan Dia untuk jadi pasangan hidup ku, mungkin cerita ini akan ditulis dengan narasi yang berbeda. 

Apakah Kami telah Kau nikah kan di alam sana? Hingga cinta kami begitu kuat dan begitu besar nya?  

Mungkinkah sebelum kami dilahirkan ke dunia, di atas altar Cinta, disaksikan para malaikat dan bidadari. Hati, Jiwa, Fikiran dan perasaan kami, telah Kau satukan? 

 Tapi kenapa di alam fana ini kami Kau pisahkan?  

Takdir kah nama nya ini? Atau kami yang salah menyikapi? Sehingga takdir berubah arah? Lalu kami menjalani hidup yang terpisah? Satu di Pulau Jawa dan satu lagi di Bumi Khatulistiwa? 

OOh, Cinta, betapa nelangsa !  



Pusara hati bersemayam bersama jasad nya - gambar ilustrasi

Ketika talqin di baca kan , aku sudah tak mendengar nya. 

Aku duduk diatas sepeda  motor  Ku di pinggir jalan. Aku sudah menghindar diluar kompleks pemakaman, dan hanya  melihat dari kejauhan.

 Rasanya aku tak lagi punya tenaga. Sekujur tubuh Ku seperti lolos persendian nya. Lemas tanpa daya.  Suasana hati ku tak dapat kugambarkan saat itu.  Ada kesedihan yang luar biasa, ada kehilangan yang begitu terasa, tapi kenapa? 

 Entahlah.!



Selamat Jalan belahan jiwa Ku 
istirahatlah dengan damai
Kuantar Kau sampai keliang lahat 
Untuk bersemayam di alam surgawi 
Diantara  bidadari

Meski raga Mu tak pernah kumiliki
Tapi aku tahu, hati Mu hanya untuk Ku
Sepanjang hayat , jiwa Mu terpatri di jiwa Ku

Mungkinkah kita telah dinikahkan di alam surga?
Di atas altar cinta 
Jauh sebelum kita lahir kedunia ?
Antara ruh dengan ruh 
Antara jiwa dengan jiwa
Antara hati dengan hati
Di saksikan para malaikat dan bidadari ?

Pusara hati bersemayam bersama jasad nya
goresan luka jiwa yang berdarah
Diatas gundukan tanah basah - Dekat batu nisan sebuah nama


Bumi Khatulistiwa, Maret 03201910