Sabtu, 05 Oktober 2019

BAB.II. 3 Selamat Jalan Cinta


3.##, (  10  Jam ) Sebelum menutup mata, 



Sinopsys Kisah cinta Zainudin & Hayati
dari naskah novel Tenggelamnya Kapal Van Der wijk
Buah tulisan Buya Hamka

Hari ini aku baru selesai sholat jumat, ketika tiba - tiba ada panggilan masuk via whats app dari salah satu sahabat Ku. Dia menanyakan kabar ku, dan posisi Ku. Kubilang, aku di Ponti. 
Dia kemudian memberi kabar, :
" apakah aku tahu bahwa Dia sekarang sedang berada di rumah sakit?" 
Kujawab :"Tidak?"  
Baiklah, kalau begitu:" kami akan membesuk nya sore ini, jam empat,  apakah mau ikut,?'" tanya sahabat Ku itu melanjutkan. 
"Mau ,!"  kata ku dengan tegas.
 "Kita ketemu langsung di lokasi, jam empat". Jawab Ku.

Sore itu jumat, sekitar jam empat, kami bertiga sudah tiba di rumah sakit. Dua sahabat ku, kedua nya memang wanita, masuk ke dalam kamar pasien, aku hanya bertahan sampai di depan pintu.

 Kulihat banyak perempuan di dalam ruangan itu , aku segan untuk ikut masuk bersama, di tambah lagi ada anak dan ibu nya semua hadir di kamar itu. Suami nya memang tidak kelihatan, juga ayah nya. 





Mirza - Jenar - Team ckc Channel

Aku sempat melihat adik nya menoleh, dan mengangguk kecil kepada ku, yang kubalas dengan anggukan, dan meletakkan tangan di dada kiri, sebagai isyarat , aku hanya sampai disini. 

Kulihat dari belakang tubuh nya.

 Dia mengenakan daster lengan pendek,  posisi nya duduk bersila, dan  memangku susunan bantal diatas pangkuan nya. Nafas nya terlihat berat dan ter sengal -sengal. 

Sepintas Dia sempat menoleh, setelah di bisik kan sesuatu oleh adik nya. Hanya sekelebat, dalam hitungan detik.

 Barangkali adik nya memberi tahukan kedatangan ku sore itu, untuk melihat dan membezuk nya. 

Ternyata dalam kondisi seperti itu pun Dia tetap ingin kelihatan tegar, meski dengan memaksakan diri. Dia tak mau kelihatan lemah dan nelangsa. 

Dia memang wanita yang tabah, kuat, gigih dan luar biasa. 

Belakangan kudengar ternyata Dia terkena jantung Bocor, ada cairan yang masuk ke bilik jantung nya. itu yang menyebabkan susah untuk bernafas. 

Itulah terakhir kali, aku sempat melihat nya,  10 se puluh  jam, sebelum ia menutup mata, untuk selama nya.



gambar ilustrasi

Memang biasa nya dalam hal - hal seperti ini, firasat dan perasaan ku sangat tajam. 

Tadi ketika aku berdiri di dekat pintu, sambil melihat papan nama daftar pasien, aku merasakan aura kesibukan luar biasa. 

Seperti ada ribuan mahluk tak kasat mata, yang lalu lalang, keluar masuk dari dan ke ruangan nya. 

Mahluk tanpa bentuk itu, meninggalkan aroma semerbak dupa dan cendana, harum dan wangi yang sulit digambarkan bau nya. 

Firasat Ku bahwa ruh Nya sedang dalam persiapan untuk di panggil pulang.  Itulah sebab nya ribuan malaikat dan bidadari tengah mengatur persiapan. 


Persiapan penjemputan.


Perpisahan terakhir - Bhula Dena 


Ketika akan keluar dari zal, aku bertemu dengan ayah nya. Kusalami dan ku pegang pundak beliau. Mata nya terlihat kosong. Kesedihan dan kegundahan rupanya sedang membalut hati orang tua itu, .. 

Di persimpangan lorong, ada suami dan anak perempuan nya berpapasan dengan ku.  Aku hanya mengangguk kecil, dan berlalu dari hadapan mereka, mencari pintu keluar dan menuju mushollah. 



Sembuhkanlah Dia ya Allah, ...

Setelah berwudhu, dan selesai menunaikan sholat ashar, kuangkat tangan dan berdoa untuk nya :" Ya Allah, sekiranya kesembuhan lebih baik untuk nya, maka angkat lah penyakit nya. Pulihkan lah dia. Agar Ia menyelesaikan tugas nya, membesarkan anak nya, menjalani hidup nya, dan ber ibadah kepada Mu". 

Itulah doa Ku, untuk nya, yang kupanjatkan dengan cucuran air mata. Aku tak sanggup melihat penderitaan nya. Aku tak cukup kuat untuk mendekati nya. Aku tak cukup tangguh melihat kondisi nya, menahan sakit, untuk sekedar menarik nafas.  


"Sembuhkan lah Dia, Ya Allah." 


Narasi Sayyidah Zahra menjelang wafat nya